Rabu, 30 Januari 2008

Pengaruh dan Peran Pers Dalam Dunia Global

Pengaruh dan Peran Pers Dalam Dunia Global

Oleh Siti Raudhatul Jannah S.Ag1

Apa dan Bagaimana Pers

Pers atau Jurnalistik merupakan kegiatan untuk menyempaikan pesan/berita kepada khalayak ramai (massa) melalui saluran media, baik cetak atau elektronik2. Aktifitas jurnalistik ini ditujukan guna mencapai serta mewujudkan iklim yang menumbuhkan pengertian yang tepat di kalangan masyarakat pembacanya.

Dengan batasan di atas, maka fungsi pers adalah agen pembaharu, berperan mempercepat proses peralihan masyarakat yang tradisional menjadi masyarakat modern. Pers juga berperan sebagai agen perubahan sosial, di mana pers dengan kedigdayaannya mampumenciptakan variasi kehidupan yang baru.

Pers atau kerja jurnalistik terbukti memberikan sumbangsih yang besar terhadap perubahan sikap, pandangan dan perilaku masyarakat luas. Melalui tulisan atau berbagai informasi yang disajikan, pers mampu memepengaruhi, merangsang serta Menggerakkan masyarakat untuk turut serta terlibat secara aktif dalam beragam gerak dan pembangunan. Hal ini menempatkan pers pada posisi yang sangat strategis.

Sejarah jurnalistik dimulai pada suatu zaman di mana ada suatu kerajaan sedang gemilang. Saat itu, terdapat emas melimpah dan budak belian yang tak terhitung banyaknya. Sebagai indikasi budaya yang tinggi, berbagai patung dan piramid raksasa dibangun. Kaisar merombak sistem pemerintahan, di antaranya membuka cara baru jalur komunikasi.

Kaisar tersebut adalah Amenhotep III (1405-1367 SM) yang naik tahta pada usia 15 tahun. Dia mengutus ratusan ‘wartawan’ membawa ‘surat berita’ untuk seluruh pejabat di semua provinsi. Tindakan Amenhotep ini kemudian dianggap sebagai cikal bakal jurnalistik.

Hal ini terjadi 3.400 tahun silam, ketika itu Mesir sudah lama ada kerajaan, malah memasuki periode masa ‘kekaisaran baru’ (1567-1080 SM). Pada saat yang sama kita tidak tahu apa yang terjadi di Indonesia, mungkin masih tahap Zaman Batu Baru. Bandingkan dengan piramid yang masing-masing brberat 28-32 ton, dengan tekstur keras dan berbentuk kubus. Asal batu itu adalah hulu sungai nil yang jaraknya 1.000 Km, padahal belum ada alat transportasi memadai saat itu.

Nah, di dalam piramid itu terdapat tulisan berhuruf paku yang membuat sejarah kaisar tersebut bisa diketahui saat ini. Leslie G Moeller dari Universitas Iowa AS dalam tulisannya di ensiklopedi The New Book of Knowledge menjelaskan mengapa perbuatan Kaisar Amenhotep II dianggap sebagai cikal bakal jurnalistik.

Akan halnya di Indonesia, zaman kerajaan Sriwijaya, Majapahit dan lainnya, juga mengenal adanya ‘wartawan’ atau utusan yang bernama penyeranta, bertugas berkeliling menyampaikan pengumuman dari raja kepada khalayak ramai.

Asal-usul kata Jurnalis adalah diurna-sehari-hari. Istilah ini muncul di era kekaisaran Romawi, 2.500 tahun lalu, di mana diurna berupa peristiwa penting yang dipublikasikan di papan pengumuman. Isinya mengenai kejadian sehari-hari di istana, misalnya kelahiran, penobatan, dll. Berkembanglah kata acta diurna yang berarti kegiatan atau tindakan sehari-hari.

Adapun istilah pers (bahasa Belanda) atau Press (Inggris), muncul setelah ditemukan mesin cetrak oleh Johannes Gutenberg tahun 1450. Pria Jerman ini sempat kesulitan mencari bahan yang mudah utuk mengukir huruf tetapi kuat dipakai mencetak banyak dan tahan ditekan berkali-kali. Pers artinya tekan3. Pada kenyataannya, pekerjaan awak pers juga tak luput dari tekanan, baik oleh penguasa sosial-politik-wilayah maupun oleh pemilik modal di mana pekerja pers bekerja.

Fungsi Pers dan Pengaruhnya terhadap Masyarakat

Media berita-pers, adalah jembatan yang menghubungkan pembacanya dengan dunia. Melalui jembatan ini, dapat diketahui beragam peristiwa di se antero jagat4.

Pengaruh pers ini oleh para ahli dianggap termasuk dalam sosiologi pers, yang mempelajari hubungan timmbal balik antara pers dan masyarakat. Baik pers maupun masyarakat saling mempengaruhi. Ahli periklanan berkesimpulan bahwa penggunan media sangat ampuh dalam mempengaruhi masyarakat, indikasinya berdasar hasil studi kebiasaan dalam membeli dn mempergunakan hal-hal baru di kalangan masyarakat.

Namun berdasarkan hipotesa Elihu Katz, seorang ahli komunikasi Amerika, pengaruh pers bertingkat ganda, melalui pemimpin opini. Pemimpin opinilah yang meneruskannya kepada khalayak. Contohnya pemasaran produk Unilever yang masih harus ditopang distribusi langsung atau penjual dari rumah ke rumah5.

Keberadaanjenis pemberitaan dan sajian pers dapat mengindikasikan peran masyarakat kepada media. Pers sangat tergantung kepada masyarakat yang dilayaninya, karena mati hidupnya banyak ditentukan pembaca. Kala masyarakat tidak setuju, media bisa diboikot, rubrik-rubrik tertentu dapat dicerca.

Mengacu pada pengaruhnya, fungsi pers tak jauh beda. Selain untuk memberikan informasi, juga memberikan hiburan kepada khalayak pembacanya. Ada juga ahli jurnalistik yang menekankan fungsi kontrol sosial pers sebagai yang terpenting. Bahkan pers dianggap sebagai kekuatan keempat (the fourth estate) dalam perannya sebagai penjaga demokrasi.

Namun demikian, patut disadari bahwa tidak semua peran akan selalu sesuai dengan fungsi awalnya. Misalnya Pers Amerika. Peran pers tak lagi independen, melainkan murni hanya menjadi corong bagi pemerintahan George W Bush6.

Posisi Pers dalam Masyarakat

Ahli ilmu komunikasi, Dennis McQuail menekankan pentingnya kesetaraan peran dan pengaruh pers dengan masyarakat. Dia mencontohkan seperti olahraga bola sepak, menurutnya, pembaca harus memegang kendali bola di lapangannya sendiri. Dengan demikian pembaca memiliki hak untuk meminta media menjalankan akuntabilitasnya. Kalau media berbohong, pembaca harus mengajukan protes untuk perbaikan, kalau perlu tuntut pengelolanya dengan tetap mengingat peran mediasi yang wajar.

“Kalau dulu kita percaya saja pada tanggungjawab sosial media, di mana bola ada di lapangan mereka, kini jangan sudi lagi menerima hal tersebut begitu saja,” ujar McQuail dikutip muridnya, Effendi Gazali PhD MPS ID, dalam buku Jerry D Gray.

Meminjam ungkapan Gray, masyarakat sampai saat ini masih sangat percaya kepada pers sebagai sebuah kebenaran. bagaimana bayi sangat aman dan nyaman dalam gendongan ibunya karena Digambarkannya sang bunda selalau ada setiap dibutuhkan. Bayi (baca;pembaca) mempercayainya tanpa keraguan secuil pun, segala yang dikatakan dianggap sebagai kebenaran.

Pada gilirannya, kita melebarkan kepercayaan serupa kepada pejabat publik dalam komunitas. Ketika masuk sekolah, kita menaruh kepercayaan mutlak kepada guru sehingga yakin apa pun yang mereka ajarkan adalah demi tujuan baik. Ya, kita percaya kepada media sepenuhnya tanpa berpikir bahwa mereka tega menjebloskan pembaca dalam kebohongan. Media selalu saja menjadi teman kepercayaan dan bagian dari keluarga. Bahkan media menentukan arah mana yang harus ditempuh, hal apa yang harus diwaspadai dan makanan apa yang membuat sehat.

Sekian dulu pengantar diskusi ini dibuat, mari kita perdalam dalam forum.

Sumber Pustaka

1. Jerry Duane Gray, Dosa Media Amerika, 2006, Ufuk Press,Jakarta.

2. Dja’far H Assegaf, Jurnalistik Masa Kini, 1991, Ghalia Indonesia-Jakarta.

  1. Maskun Iskandar, Sekilas Sejarah Pers, 2004, LPDS-Jakarta.

4. Sutirman Eka Ardhana, Jurnalistik Dakwah, 1995,Pustaka Pelajar,

Yogyakarta.



1 Staf Pengajar Jurusan Dakwah STAIN Jember, makalah disampaikan dalam acara Dialog dan Pelatihan Jurnalistik oleh Pergerakan Mahasiswa Islam Indonesia (PMII) Tarbiyah STAIN Jember Periode 2006-2007, tanggal 12 Oktober 2006 di Ruang 21.

2 Sutirman Eka Ardhana, Jurnalistik Dakwah, 1995,Pustaka Pelajar, Yogyakarta, hal 1.

3 Maskun Iskandar, Sekilas Sejarah Pers, 2004, LPDS-Jakarta, hal 3).

4 Jerry Duane Gray, Dosa Media Amerika, 2006, Ufuk Press,Jakarta, cover dalam.

5 Dja’far H Assegaf, Jurnalistik Masa Kini, 1991, Ghalia Indonesia-Jakarta, hal 14.

6 loc cit , halaman 2.

Tidak ada komentar: