Rabu, 30 Januari 2008

Tulisan Energik Dimulai dari Lead

Tulisan Energik Dimulai dari Lead

Oleh SR Jannah

Pengantar

Hari Kartini diperingati setelah dia menulis Habis Gelap Terbitlah Terang. Aspirasinya tentang emansipasi wanita telah menginspirasi jutaan orang (Maskun Iskandar-Ingin Menjadi Penulis,2004-17). Adolf Hitler menulis Mein Kampf-Perjuanganku, yang berisi keunggulan ras Aria dan menyebar kebencian terhadap Yahudi. Buku dengan oplah 5 juta eksemplar-di Jerman saja ini, mengakibatkan pecahnya perang dunia II dengan korban 16 juta orang. Bahkan 6 juta orang Yahudi di Eropa terbunuh.

Pengaruh tulisan memang dahsyat, bahkan Napoleon Bonaparte pernah berujar; Saya lebih takut pada sebuah pena ketimbang seribu pedang. Tulisan yang nergik berpengharuh seperti aliran listrik. Lihatsaja buku Siti Nurbaya karangan Marah Rusli pada 1922.Roman ini menginspirasi para gadis untuk menolak kebisaan dikawinkan oleh orangtuanya. Kesemua tulisan tersebut mempunyai intro menarik sehingga menggugah pembacanya menamatkan bacaannya.

Berita

Pada 1917, Dean M Lyle Spencer dari Universitas Washington memperkenalkan definisi berita. Spencer mengatakan, berita adalah suatu peristiwa, gagasan ataupun opini yang pada saatnya bersifat penting atau berpengaruh kepada banyak orang. Turner Catledge, editor eksekutif The New York Times membatasinya secara profesional dengan kalimat; berita adalah sesuatu yang kemarin belum diketahui orang. Akan halnya City editor The Sun di New York, John Banyuwangi Bogart (1848-1921) menatakan; manakala seekor anjing menggigit orang, itu bukanlah berita karena sudah sering terjadi. Tetapi jika seseorang menggigit anjing, itu adalah berita (Masmimar Mangiang-Apa itu Berita, 2004:39).’

Sesuai prinsip jurnalisme, sampaikanlah informasi dengan cepat dan jelas dalam ruang dan waktu yang relatif terbatas. Implikasinya, bahasa haruslah jelas, baik makna kata dan pengertian kalimatnya serta hemat Karenanya, hindari kata asing, akronim, gantilah dengan kata yang spesifik dan ekspresif agar pembaca cepat dalam menangkap maknanya. Biasanya, kalimat pendek lebih cepat dimengerti daripada kalimat panjang.

Berita senantiasa bertolak dari fenomena dalam kehidupan manusia. Fenomena dijadikan cerita karena dinilai penting atau menarik bagi khalayak, ukurannya juga bertolak dari khalayak, dapat berupa sekelompok orang. Sama dengan faktor penentu nilai sebuah berita yang bersifat relatif, khalayak juga bersifat relatif.

Berita ditulis dengan prinsip ‘dapat dibaca sebagian, awalnya saja, tanpa harus diikuti sampai ke ujung berita. Tubuh berita disarikan menjadi intro, lead disarikan menjadi judul. Inti berita dilaporkan 3 kali oleh berita. Pertama di judul, pembaca mengetahui informasi terpokok di kali pertama, kedua, informasi paling pokok dapat diperoleh di lead. Terakhir, pembaca mendapat penejlasan lebih lengkap di tubuh berita.

Intro

Lead atau teras merupakan awal suatu tulisan. Umumnya terdiri dari satualinea, tetapi bisa juga lebih. Mengingat intro merupakan bagian penting dari suatu berita atau informasi, variasinya banyak.

Intro dapat berupa kutipan, pertanyaan, deskripsi, narasi, menuding langsung, menggoda, kontras, latar belakang, kasus, dll.

Guna menarik minat pembaca, intro dibuat secara menarik agar pembaca ingin terus melanjutkan membaca tulisan kita. Khusus features, teknik delayed drop dapat dilakukan untuk merangsang rasa keingintahuan pembaca dengan susunan terbalik dari terpenting-penting-kurang penting-tidak penting benar.

Delayed drop ini seperti susunan cerita detektif, di mana pembaca ingin mengetahu siapa pembunuhnya, biasanya ditaruh di bagian akhir cerita. Sebelumnya, pembaca dibuat bertanya-tanya dan penasaran. Informasi paling menarik bisa ditaruh di bagian akhir menjelang tulisan.

Khusus direct lead, menekankan penting dan barunya sebuah fakta. Hendaknya di alinea awal ini sudah terjawab 4 pertanyaan dasar, apa, di mana, bilamana, dan siapa. Kunci kalimat yang efektif adalah pendek dengan ukuran 15-20 kata per alinea. Kalimat ini baku manakala dapat ditangkap dalam satu kali baca. Kalimat juga harus logis, di mana kedudukan subyek dan predikatnya jelas.

Persoalan yang sering muncul pada penulisan berita, termasuk di intro, adalah isi yang tidak ber-angle dan berfakta lengkap serta akurat. Peyajian juga tak kalah penting, kalimat tidak boleh panjang sehingga harus dibaca ulang atau kalimat sulit dipahami karena tidak logis. Terapi bagi empat persoalan penyajian dan isi berita ini adalah berpedoman pada ABC; accurate (tepat, benar), brief (singkat), clear (jelas) dan complete (lengkap).

Membuat Intro Menarik

-Memperjelas

Informasi akan lebih jelas manakala disertai ilustrasi, contoh, perbandingan, bukti atau keterangan pendukung lainnya. Misalnya tentang produksi sampah di Jember yang setiap harinya mencapai 50.000 ton. Informasi ini segera terbayang manakala ada perbandingan sampah sebanyak itu baru habis bila diangkut seribu truk.

-Mendeskripsikan

Pemaparan suatu keadaan, situasi, benda orang atau lainnya sehingga pembaca seakan ikut melihat, merasakan, mendengarkan apa-apa yang kita ceritakan. Contoh, anada kenal penyanyi terkenal Kanada KD Lang yang necis dengan stelan jas? Penampilannya bertolak belakang dengan penyanyi rock yang rumahnya biasanya juga kotor. Namun tidak dengan KD Lang. Rumahnya tua, air hujan berjalur-jalur di rumahnya, sofanya tua, bak mandi kotor dan ruang tamunya dekil.

-Mempermanis

Upaya ini menjadikan tulisan tidak hambar seperti air tawar, tidak kesat seperti salak mentah, tidak dingin seperti batang pisang. Sebalknya, kalimat menjadi indah berwarna-warni dengan daya getar di sana-sini. Kalimat biasa: Pada zaman kompeni, di Jakarta banyak sekali rawa, di mana-mana ada rawa. Kalimat bergaya: Jika setiap rawa di Jakarta pada zaman kompeni diberi tanda titik pada peta kota Jakarta, maka atlas ibu kota akan tampak berbintik-bintik seperti biji wijen pada onde-onde.

Teknik dan Praktik Memburu Berita

Teknik dan Praktik Memburu Berita

Oleh Siti Raudhatul Jannah

Disampaikan pada Diklat Jurnalistik gelaran PC IPPNU Jember

Tanggal 3 Maret 2007, di Auditorium PP Nuris I Antirogo Jember

A. Pemahanan

Berburu berita atau reporting, merupakan upaya pengumpulan informasi atau fakta baru dan relevan yang menarik untuk diketahui masyarakat. Fakta merupakan bahan mentah berita. Fakta juga merupakan unsur pokok berita yang menjawab enam pertanyaan dasar; apa yang terjadi, bilamana itu terjadi, di mana terjadi, siapa yang terlibat, bagaimana itu terjadi, dan mengapa itu terjadi (5W1H).

Cara Sumber Kegiatan

Baca bahan tertulis telusuri teks

Amati peristiwa saksikan dan catat

Dengarkan manusia/peristiwa/ dengarkan dan catat

alat audio-visual

bicara manusia tanya-jawab,wawancara

dgn narasumber

CAR/computer komputer telusuri internet dan hub sumber

Assisted reporting lewat electronic mail

B. Tindakan dalam Berburu

Pertama: Membuat rencana liputan, memilih topik. Mengenali topik. Mencari acuan. Menentukan angle. Menetapkan sumber.Menyusun pertanyaan beracuan.

Acuan dan angle merupakan unsur kunci. Acuan berguna sebagai informasi dasar, bahan pertanyaan dan pelengkap berita.

Angle atau sudut tekanan berita menentukan relevansi dan kelengkapan berita. Ngle mencakup tiga kurun waktu: Kini, Dulu, Esok. Kini terkait peristiwa sesuai topik. Dulu terkait informasi latanr belakang, acuan yang perlu diangkat kembali. Esok terkait prospek, dampak, arah perkembangan dan implikasi masalah pokok yang diliput. Peristiwa mendatang yang relevan.

Pertanyaan dalam wawancara hendaklah langusng ke persoalan, berisi acuan yang relevan dan aktual. Pertanyaan dapat bersifat konseptual, yaitu berputar pada suatu konsep atau gagasan, Pertanyaan dapat bersifat kontekstual, menyangkut masalah pokok.

C. Persoalan

Masalah dapat muncul manakala berita yang diburu tidak mnyangkut angle yang memadai sehingga liputan tidak lengkap. Akibatnya, wawancara tidak memakai acuan yang relevan. Fakta tidak akurat.

Syarat perburuan yang efektif:

  1. Lakukan rencana liputan
    1. Kenali topik.Catat acuan
    2. Susun rangkaian angle yang relevan
  2. Buat kerangka wawancara
    1. Tetapkan angle
    2. Tetapkan sumber
    3. Tulis pertanyaan berisi acuan.Pertanyaan bertolak dari angle pilihan
  3. Ajukan pertanyaan tepat yang:
    1. Mencari jawaban atas 5W1H
    2. Relevan dan aktual
    3. Menghasilkan jawaban memuaskan, lengkap, dan bahan berita bernilai.

D. Teknik Wawancara

Definisi

  1. Wawancara ialah tanya jawab antara wartawan dan narasumber
  2. Sasaran wawancara adalah ingin memperoleh jawaban atas pertanyaan pewawancara.

Persiapan

  1. Kenali topik.Bacalah berkas masalah pokok.Bukalah kliping, makalah, dokumen yang relevan dengan topik.
  2. Tetapkan apa yang ingin diketahui.Susunlah kerangka.

Menyusun Kerangka

Kerangka (outline) merupakan penjabaran topik. Topik diuraikan menjadi sejumlah sudut tekanan (angles). Setiap sudut tekanan dikembangkan menjadi pertanyaan.

Teknik kerangka membantu pewawancara menyusun wawancara dengan teratur dan berpikiran jelas.

Kerangka berfungsi menetapkan angle apa yang patut masuk dalam wawancara,kemudian mengembangkan pertanyaan dalam cakupan angle tersebut.

Pedoman Berwawancara

  1. Kuasai latar belakang masalah pokok (kenali topik).
  2. Tetapkan apa yang ingin diketahui (susun daftar angle)
  3. Hindari adu pendapat. Berwawancara untuk mencari keterangan, bukan beragumentasi.
  4. Bila mencatat, berilah tanda bintang pada keterangan penting. Ini membantu saat menulis laporan dengan cepat.
  5. Pastikan kelengkapan hasil wawancara. Pada akhir wawancara, tanyakan pada sumber apakah ada hal relevan lain yang belum tercakup.

Etika Berwawancara

  1. Identifikasi diri dengan menyebut nama diri dan organisasi bernaung untuk wawancara resmi.
  2. Jelaskan maksud wawancara.
  3. Bila membuat janji, datang teat pada waktu yang dijanjikan.
  4. Off the record; hormati permintaan sumber bila suatu keterangan diminta untuk tidak disiarkan.
  5. Atribusi sumber; hormati permintaan sumber bila nama dankedudukannya tidak ingin disebut.

Mengajukan Pertanyaan Tepat

Sebuah pertanyaan yang tepat akan menghasilkan jawaban yang memuaskan, bermakna dan bernilai.

  1. Ajukan pertanyaan yang relevan dengan masalah pokok.
  2. Pakai acuan dalam pertanyaan. Narasumber akan menghargai pewawancara yang telah menggeluti latar belakang masalah pokok.
  3. Ajukan pertanyaan yang menekankan satu pokok saja.
  4. Ajukan pertanyaan singkat, padat, langsung ke pokok persoalan. Pertanyaan harus dapat dimengerti oleh sumber.
  5. Sebuah pertanyaan yang baik, meminta sumber untuk memberi jawaban yang pasti.
  6. Ajukan pertanyaan yang meminta sumber untuk berpikir. Pertanyaan yang baik berawal dengan kata mengapa. Bila dijawab “ya” atau “tidak”, tanya “mengapa”?
  7. Ajukan pertanyaan konsepsual, bertalian dengan gagasan sentral. Pertanyaan demikian langusng ke inti persoalan.
    1. Untuk pejabat pemerintah, tanyalah tentang kebijakan.
    2. Untuk industriawan, tanyakan tentang strategi bisnis, rencana produksi dan pemasaran, litbang dan SDM.
    3. Untuk ilmuwan, tanyakan tentang proses ilmiah, rencana penelitian, hasil dan masalah.
    4. Untuk politikus, tanyakan tentang masalah politik aktual, apa untung ruginya bagi masyarakat, sikapnya.
  8. Catatlah pernyataan yang singkat, padat dan menarik.

Contoh Kerangka Wawancara

Topik: Maraknya penggunaan HP sebagai sarana penyebaran video porno.

Sumber: Aparat polisi, aparat hukum, remaja pemilik HP, dealer HP, showroom cetak foto/transfer

Acuan: UU Anti Pornografi-Pornoaksi

UU Delik Pers

UU Kepenyiaran

Angle: 1. Pelaksanaan UU tidak konsisten

  1. Dunia hampir kiamat
  2. Moral remaja bubrah
  3. Teknologi berdampak buruk
  4. Perlu pembatasan kepemilikan HP
  5. Dll.

Pertanyaan:

    1. Bagaimanakah sistem tatalaksana aturan perundangan di Indonesia dilaksanakan. Mengapa masih banyak ditemukan ketidaksesuaian tanpa disertai sangsi yang memadai?
    2. Apa peran ulama dan umara mencegah membludaknya gambar dan tayangan berbau porno?
    3. Apa dan bagaimana upaya yang dapat dilakukan untuk mencegah hal serupa terulang?
    4. Adakah teknologi tepat guna yang mengiringi kemunculan suatu teknologi yang baru, sehingga dampaknya dapat diminimalkan?
    5. Dll.

Penutup

Acuan ringan tentang teknik berburu berita ini jamak digunakan oleh para penggelut berita langsung (straightnews), umumnya wartawan harian. Akan halnya bagi penulis softnews, umumnya tidak seketat aturan di atas dalam memburu berita. Baiklah, demi efektifitas dan tercapainya tujuan pelatihan ini, mari kita lanjutkan dengan praktik memburu berita. Ayo kita mulai sekarang.@

Jurnalistik Islam, Kenyataan dan Harapan


Jurnalistik Islam, Kenyataan dan Harapan

Oleh Siti Raudhatul Jannah1

Abstrak

Jurnalis, asal kata Du Jour (Romawi), kemudian dimaknai sebagai Journal (Inggris), artinya adalah hari, di mana segala berita atau warta seharian itu termuat dalam lembaran yang tercetak2. Adapun makna Islam adalah keselamatan, kebenaran dan kedamaian3. Jadi secara leksikal, Jurnalistik Islami berarti pemberitaan yang mendamaikan, membuat atau menciptakan bahkan menjadi sebab keselamatan.

Upaya penyatuan kata Jurnalistik dan Islam menjadi kontroversi manakala dipadankan dengan kenyataan di lapangan. Media massa dewasa ini cenderung mengungkapkan hal-hal tabu semisal kejadian senonoh, kebobrokan pejabat atau publik figur, kejadian meresahkan dan berita mendalam lainnya.

Alasan media, mereka tidak membuat berita tersebut terjadi, melainkan sekedar melaporkannya. Dengan kalimat berbeda, masyarakat lah yang sesungguhnya telah mencemarkan diri mereka sendiri dengan melakukan tindak asusila, asosial dan aagama. Media beralasan bahwa mereka tidak melanggar kode etik yang ditetapkan dalam Undang-undang RI nomor 40 Tahun 1999 tentang Pers4 .

Benarkah demikian adanya, lalu siapa yang bertanggung jawab terhadap imbas berita ‘tabu’ yang kemudian ditangkap masyarakat sebagai pendobrak ketabuan itu sendiri, kemudian berujung pada pembiasaan ‘pelanggaran-pelanggaran norma’? Berdasar kenyataan ini, sangat menarik membenturkan pandangan Jurnalistik dan Islam dalam satu kesatuan makna. Bahkan bisa jadi muncul pertanyaan, benarkah ada Jurnalistik yang Islami?

Jurnalis dan Jurnalistik Islam

Jurnalistik Islami, Jurnalis Muslim dan Pers Islam jelas ada. Jurnalistik Islami menjadi ideologi para jurnalis Islam. Azasnya tegas, jurnalis muslim tak hanya berpegangan pada kode etik pers yang memang tidak bertentangan dengan Islam, melainkan juga membawa misi dakwah Islamiah dengan ber-amar ma’ruf nahi munkar.

Alqur’an sebagai pedoman dasar umat Islam, tegas mengatakan bahwa Jurnalistik Islam itu ada, sebagaimana termaktub dalam Surat Al Hujurot ayat 65. Di sana tercatat bahwa sebuah berita itu haruslah memenuhi kode etik qur’ani.

Bahkan alasan mengapa manusia harus menyebarkan Islam lewat tulisan tak kalah tegasnya. Dalam surat Al ‘Alaq ayat 1-5 disebutkan: “Bacalah dengan (enyebut) nama Tuhanmu yang Maha Menciptakan. Yang menciptakan manusia dari segumpal darah. Bacalah dan Tuhanmulah yang Maha Pemurah. Yang mengajarkan manusia dengan perantaraan kalam. Dia mengajarkan kepada manusia apa yang tidak diketahuinya.”

Perintah bacalah tersebut terambil dari akar kata yang berarti ‘menghimpun’ sehingga tidak harus selalu diartikan membaca teks tertulis dengan aksara tertentu. Dari ‘menghimpun ini lahir aneka ragam makna, seperti menyampaikan, menelaah, mendalami, meneliti, mengetahui ciri sesuatu dan membaca teks tertulis maupun tidak tertulis.

Nah, prinsip iqra’ inilah kemudian menjadi pijakan yang kuat bagi aktivis jurnalistik islam dalam proses pengumpulan, penulisan dan publikasi berita. Lewat koridor ini, berita islami menjadi wahana amar ma’ruf nahi munkar , termasuk di dalamnya pencerdasan umat6.

Sementara itu, berbekal kebebasan berekspresi, media kini berlomba menampilkan pornografi dan pornoaksi. Parahnya, media sejenis laku jauh lebih banyak dibandingkan media yang beraroma islami. Pembuktian terhadap narasi ini mudah, datang saja ke kios majalah atau koran, pasti majalah dengan cover Islami tak banyak dipilih oleh pembaca segmen ini.

Kode Etik Jurnalistik

Konsep dasar tulisan atau berita bernuansa Islami mencakup semua kode etik yang wajib dipatuhi oleh semua insan pers. Dalam kode etik jurnalistik disebutkan, kepribadian seorang pewarta (wartawan) haruslah diliputi kejujuran, keadilan dan kebenaran.

Cara pemberitaan dan menyatakan pendapat haruslah berprinsip kejujuran, tidak diperkenankan mengadili, immoral, disertai balancing serta ada pembatas jelas antara fakta dan opini.

Penyikapan terhadap sumber berita juga harus santun, berpenghormatan, tidak plagiat dan tidak memihak karena apapun. Bahkan pewarta juga harus bertanggung jawab secara sosial, dengan mempertimbangkan secara matang atas ekses dari berita yang diturunkan.

Dalam Islam, kode etik serupa sudah ditelurkan empat abad silam, sebagaimana Al Hujurot ayat 6 yang berbunyi: Hai orang-orang yang beriman, jika datang kepadamu orang yang fasik membawa suatu berita, maka periksalah dengan teliti agar kamu tidak menimpakan suatu musibah kepada suatu kaum tanpa mengetahui keadaannya yang menyebabkan kamu menyesal atas perbuatanmu itu.”

Membuat Tulisan Islami

Pernahkah kita membaca berita di sebuah penerbitan hingga kita terbawa perasaan, bahkan tak kuasa menahan air mata?Lalu sesaat kemudian kta terkooptasi kepada nilai-nilai sebagaimana disampaikan oleh isi berita tersebut? Ya, tulisan islami tidak harus memuat isi ajaran syariah atau muamalah.

Pengajaran akan nilai kebenaran, keadilan, kesetaraan dan kebesaran alam serta keagungan maha pencipta juga termasuk di dalam ajaran Islam, sebagaimana ditekankan Alqur’an dalam berbagai ayat menyangkut hubungan manusia dengan makhluk lainnya.

Sebuah hadist yang diriwayatkan Imam Bukhori menyebutkan: Orang Islam itu adalah orang yang memberikan rasa aman dan keselamatan dari lidah dan tangannya.”

Berikut beberapa contoh tulisan populer yang mampu menggugah kalbu pembacanya ke arah kebenaran dan keadilan.

  1. Tulisan human interest

Tokoh Jurnalis Islam

Abu al A’la Al Maududi (1321-1399 H/ 1903-1979 M) merupakan salah satu tokoh jurnalis Islam. Dia pendiri jama’at Islami dengan fokus kegiatan menegakkan syariat Islam serta menerapkannya dalam kehidupan nyata.

Dia tergolong gigih membendung bentuk-bentuk aliran sekularistik yang berusaha keras mendominasi seluruh negerinya-Pakistan.

Aktiitas dakwah Maududi berawal di dunia jurnalistik di tahun 1918 M. Pada tahun 1920 M, dia membentuk sebuah front jurnalistik yang bertujuan memerdekakan umat Islam dalam menyampaikan Islam. Karir jurnalistiknya berpindah-pindah dari dan ke berbagai surat kabar. Dia pernah menjadi penulis, direktur dan pemimpin redaksi sebuah harian.

Bukunya berjudul Jihad Dalam Islam yang beredar tahun 1928 M, berpengaruh luas dan mendalam dalam membangkitkan semangat perlawanan mennetang Inggris, kaum barhalaisme dan musuh Islam lannya.

Tahun 1933 M dia menerbitkan majalah Turjuman Alqur’an dari Hyderabad Deccan. Dengan motto “Wahai umat Islam, embanlah dakwah Alqur’an, bergeraklah dan terbanglah menjelajah dunia’ Maududi menransfer pemikiran-pemikirannya kepada segenap umat Islam di India-Pakistan7.



1 Staf Pengajar di Jurusan Dakwah STAIN Jember

2 Jurnalistik Masa Kini, hal 10, Dja’far H Assegaff, Ghalia Indonesia, Jakarta, 1991.

5 Alqur’an Al Hujurot ayat 6.

6 Alqur’an dan terjemah

7 Al Maududi, internet

Intro, Penentu Kualitas Sebuah Berita

Intro, Penentu Kualitas Sebuah Berita

Oleh Siti Raudhatul Jannah S.Ag

Abstraksi

Teras berita atau lead atau intro atau pembuka, memegang peranan yang sangat penting bagi keterlangsungan pembacaan sebuah berita, baik hardnews/strightnews atau softnews . Ketika lead sebuah berita menarik, maka kemungkinan besar pembaca berita dimaksud akan melanjutkan pembacaan hingga alinea selanjutnya, bahkan hingga berita berakhir. Sebaliknya, manakala lead sebuah berita tidak menarik, maka kecil kemungkinan bagi pembaca untuk tertarik menamatkan bacaannya.

Hal ini disadari betul oleh para pembuat berita-wartawan dan para redaktur harian. Karenanya, teori tentang bentuk dan jenis lead terbaik senantiasa mengalir dan terus berkembang.

Kata Kunci: Intro, Berita, Pembaca

Makna Berita

Berita dimaknai berdasarkan isinya, cara mencarinya bahkan berdasar pilihan bahasanya. Beberapa ahli sempat mengutarakan pemahaman mereka tentang berita.

-Dean M Lyle Spencer-dalam bukunya News Writing mengatakan;

Berita adalah suatu kenyataan atau ide yang benar yang dapat menarik perhatian sebagian besar pembaca.

-Dr Willard C Bleyer dalam bukunya : Newspaper Writing and Editing mengungkapkan; Berita adalah sesuatu yang termasa yang dipilih oleh wartawan untuk dimuat dalam surat kabar, yang dapat menarik dan mempunyai makna bagi pembacanya.

-William S Maulsby mengatakan dalam bukunya Getting the News;

Berita adalah suatu penuturan secara benar dan tidak memihak dari fakta-fakta yang penting dan baru terjadi, yang dapat menarik perhatian para pembaca suatu surat kabar.

-Eric C Hepwood, redaktur Cleveland Plain Dealer mengatakan;

-Berita adalah laporan utama dari kejadian yang penting yang dapat menarik perhatian umum.

Dengan berbagai batasan di atas, dapat disimpulkan bahwa suatu kabar tertulis bisa disebutkan sebagai berita manakala menarik perhatian, luar biasa, dan termasa (baru).

Dalam tinjauan teknis jurnalistik, berita dimaknai sebagai laporan tetang fakta atau ide yang termasa, yang dipilih oleh staf redaksi suatu harian untuk disiarkan, yang dapat menarik perhatian pembaca, entah karena ia luar biasa, atau karena pentingnya atau hebatnya dampaknya, atau juga mencakup segi human interest seperti humor, emosi dan ketegangan.

Struktur Berita

Berita dibangun oleh beberapa anatomi. Ada judul berita, ada dateline, lead serta tubuh berita. Di antara bagian-bagian tersebut, tak hanya terjadi saling ketergantungan, melainkan juga saling memaknai dan tidak bisa dipisahkan satu dengan lainnya.

Berita tanpa judul tentu akan membingungkan pembacanya karena tidak terdata jenis beritanya dan apa daya tariknya. Berita tidak disertai dateline akan membuat lemah kredibilitas penuls dan medianya karena tidak dijelaskan kapan berit tersebut dibuat.

Peran lead atau intro tak kalah pentingnya. Bahkan pada kalimat atau alinea pembuka inilah nasib keterbacaan isi berita digantungkan. Ketika lead-nya menarik, maka pembaca akan meneruskan bacaannya, jika sebaliknya, akan ditinggalkan.

Akan halnya isi berita, di mana sebelumnya telah terangkum dalam lead, akan memuaskan pembaca yang penasaran karena di kalimat pembuka kurang lengkap sehingga diperlukan detil. Maka di isi-lah lokasi paling tepat untuk memberitakan kejadian penting atau menarik sebagaimana tergambar pada judul dan intro.

Pada kasus berita harian- baca koran, judul atau headlines berfungsi menolong pembaca berita yang umumnya bergegas, untuk cepat mengenal kejadian yang terjadi di sekelilingnya, sesuai isi berita. Judul juga berfungsi menarik orang untuk membacanya, oleh karenanya, sebisa mungkin judul menggambarkan jenis berita.

Contohnya;

  1. Gandhi Restui Sonia Lewat Mimpi

Judul ini menggambarkan berita sosial budaya bahkan politik. Tokoh perdamaian India, Mahatma Gandhi, yang juga kepala pemerintahan di India, diberitakan masuk dalam mimpi Sonia, istri dari cucunya, yang kini memimpin partai yang dulu dipimpin tokoh perdamaian dunia tersebut.

  1. Mendag Versus Menperta Soal Beras

Tak syak lagi, judul yang singkat tapi padat ini adalah berita ekonomi. Diceritakan, Menteri perdagangan Marie Elka Pangestu senantiasa mengeluarkan kebijakan yang mengebiri peran petani. Misalnya lewat impor berasnya di saat petani tengah memasuki masa panen raya. Keadaan makin meruncing kala anak buahnya ramai-ramai berkomentar tentang kelangkaan pangan yang mengancam akibat banyaknya padi puso di musim kemarau. Tentu saja, menteri Pertanian Anton mencak-mencak karena angka ketersediaan pangan yang masuk ke mejanya menunjukkan kebalikannya. Jadilah dua menteri ini bersilat lidah di media.

  1. Ayu Nikahi Siri Vokalis White Lions

Benar, headlines ini adalah berita hiburan. Tokohnya saja sudah banyak dikenal di Indonesia, Ayu Azhari. Ibu lima orang anak itu diberitakan kembali menggandeng bule, bila sebelumnya asal Eropa, kini dari negeri Kangguru. Ayu mengaku sudah menikah secara siri ketika kedapatan berperut buncit oleh wartawan cetak di sebuah vila berbintang lima di Ubud-Bali.

  1. Balita Dijahili Ayah Tiri

Dari judulnya saja sudah jelas, ini adalah berita kriminal. Isinya tentang seorang ayah tiri yang punya kebiasaan tercela, yakni mencabuli anak tirinya yang masih berusia balita.

  1. Enzim Peningkat Pangan, Dari Indonesia untuk Dunia

Hasil penemuan dari penelitian biasanya berjudul demikian. Beritanya tentang enzim hasil temuan putra Indonesia, Saputra, yang mampu meningkatkan hasil pangan menjadi sekian kali lipat dibandingkan racikan barat yang tidak ramah lingkungan dan mengancam penikmatnya.

  1. SBY Head to Head dengan Kalla

Meski hanya terdiri dari enam suku kata, judul tersebut memberitahu pembacanya dengan sangat jelas, ini berita politik dan bahwa terjadi ‘perang’ urat syaraf antara Presiden yang dinilai cenderung peragu dengan wakilnya yang pebisnis ulet. Judul tersebut juga menegaskan perbedaan sosok kedua pejabat negara tersebut sehingga pembaca langsung bisa membedakannya.

  1. Schumi Hengkang dari Lintasan Formula Satu

Ya, ini adalah berita olahraga. Karena kegiatannya yang menjunjung sportifitas, biasanya judul-judul berita olahraga cenderung atraktif dan menggambarkan gerakan atau kegiatan tubuh. Lihat saja kata hengkang, tendang, lempar dan sejenisnya, yang biasa menjuduli berita jenis ini.

Unsur Berita

Apakah semua fakta merupakan berita? Jawabannya bisa ‘ya’ bisa juga ‘tidak’. Bila argumentasinya diambilkan dari anggapan umum, maka jawabannya ‘ya’. Masyarakat beraggapan bahwa ‘berita’ sama dengan informasi yang berembus dari satu orang kepada orang lain, tanpa mempedulikan fakta yang sesungguhnya.

Karenanya, tanpa ada fakta pun, informasi dikatakan sebagai berita. Akan tetapi, pandangan demikian menafikan suatu kesepakan dalam komunitas jurnalistik, di mana berita dirupakan sebagai suatu produk (hasil kreatifitas) yang mempunyai tujuan sangat jelas. Misalnya memberi pengetahuan, memberi penyadaran, memberi hiburan dan mengarahkan pendidikan dalam arti luas.

Imbas kedua pola pikir ini, berita dalam pandangan jurnalisme berbeda dengan pandangan awam. Dalam kacamata jurnalistik, berita mengandung konsekuensi tertentu, misalnya berita akan mempunyai efek tertentu.

Di sisi lain, informasi yang diperoleh susah payah oleh seorang wartawan, belum tentu berakhir menjadi sebuah berita. Ada kalanya, dengan alasan kurang layak muat, statusnya menjadi bakal berita. Lalu bagaimana dan apa unsur-unsur berita? Ini dia sebagian di antaranya;

1. Termasa (baru)

Sebuah informasi atau fakta akan disebut sebagai sebuah berita manakala kejadiannya tak berselang lama dengan jadwal terbit sebuah media. Jika sebuah media harian menulis sebuah kecelakaan pesawat Boeing 380 yang menewaskan 10 balita penumpangnya di Rumania dua minggu yang lalu, namun diterbitkan hari ini, jelas itu bukan berita lagi. Pasalnya sudah lewat dari sehari dan sudah disiarkan radio dan televisi. Mengapa bukan berita? Karena pembacanya sudah pernah mendengar dan pembacanya di media lain sehingga audience tidak merasakannya sebagai sesuatu yang penting atau menarik.

2. Penting (ternama, setidaknya orang yang diberitakan)

Sebuah fakta disebut berita manakala menyangkut subjek atau objek orang ternama sehingga khalayak merasa berkepentingan mengetahuinya. Informasi juga harus menyangkut hidup hajat hidup orang banyak sehingga faktanya ditunggu oleh pembaca. Misalnya berita tentang kenaikan BBM, tentu berita tersebut bukan berit menrik bagi pembaca, melainkan berit penting karena dapat berimbas pada kelanjutan hidup mereka. Baik karena harga bahan pokok yang naik atau nilai jual yang akan merosot sehingga mereka harus menghitung ulang pengeluarannya.

3. Luar Biasa

Sebuah kejadian akan menjadi berita bilamana terjadi di luar kebiasaan. Sebuah pohon pisang yang tumbuh di atas genteng dengan jumlah tanda mencapai seribu sisir, pastilah memiliki nilai berita yang tinggi. Bila fakta ini diberitakan, pastilah masyarakat pembaca akan tergiur melihatnya langsung, menelitinya, merasakannya, bahkan meruwatnya.

4. Akibat sebuah Berita

Dampak yang ditimbulkan oleh sebuah informasi menjadi pertimbangan sangat kuat pada status akhir sebuah fakta. Semakin besar dampaknya, maka semakin besar pulalah nilai beritanya (baca; kesempatan menjadi berita).

Contohnya, udara pengap yang dimuntahkan gunung Semeru akhir-akhir ini ternyata efektif terhadap peningkatan penyakit paru-paru. Padahal penduduk yang berdiam di sekitar Semeru dan aktif menghirup udara tersebut mencapai seratus ribu orang. Bila hal ini diberitakan, tentu akan bersinggungan dengan kepentingan ribuan orang yang ingin paru-parunya sehat dan terbebas dari udara beracun tersebut.

5. Ketegangan yang ditimbulkan

Salah satu pertimbangan dimuat atau tidaknya sebuah informasi menjadi berita adalah kuat tidaknya ketegangan yang ditimbulkan. Semakin keras ketegangan, semakin layaklah diangkat sebagai berita. Misalnya perselisihan Ahmadinejad dengan Bush yang menajam, sangat layak diberitakan karena menyangkut masa depan sebagian besar penduduk bumi. Jika kedua tokoh tersebut terus berseteru, dpat memicu perang nuklir yang terbukti membuat manusia merana, seperti terjadi di Hiroshima dan Nagasaki.

6. Pertentangan (konflik)

Sebuah informasi akan menarik untuk diteruskn sebagai sebuah berita manakala mengandung unsur pertentangan yang tinggi. Pertengkaran antara penduduk pribumi dan pendatang dapat menimbulkan chaos seperti pada peristiwa Mei 1998 di Jakarta. Lepas dari kemasan politis yang membungkusnya, ketidakakuran kedua etnis tersebut memicu kereshan yang mengarah kepada pembantaian.

7. Seks

Sejak zaman baheula, faktor ini mendapat perhatian besar umat manusia. Salah satu kebutuhan dasar manusia ini selalu layak diberitakan karena akan selalu menarik perhatian anak cucu adam. Karenanya, penangkapan PSK yang dilakukan rutin aparat pun, selalu mendapatkan tempat di media, apalagi disertai gambar saat kejadian.

8. Kemajuan Ilmu atau kebudayaan

Hasil sebuah penelitian atau perkembangan sebuah kebudayaan juga menjadi daya tarik bagi manusia yang cenderung senang menonton sesuatu dan meniru kesuksesan seseorang. Tiap membaca hasil sebuah penelitian, manusia akan bergairah, apalagi bila mengancam kelangsungan hidupnya.

9. Emosi yang Ditimbulkan

Adakalanya sebuah kabar dapat mengaduk-aduk emosi pembacanya, terutama jenis berita humant interest. Misalnya berita tentang anak yang hilang, proses evakuasi korban penculikan, penderitaan orang miskin di Sudan, dan lain sebagainya.

Setelah mengenal unsur berita, ada baiknya kita juga mengenal macam-macam berita dan sumbernya:

1. Berdasarkan Sifat Kejadian Berita.

Berdasarkan sifat kejadian berita atau sifat terjadinya berita, maka macam berita yang ditimbulkannya ialah:

a.1. Berita yang diduga, yakni berita-berita yang sudah diduga akan terjadi. Misalnya: berita mengenai hari perayaan nasional.

a.2. Berita-berita yang tidak diduga, yakni berita-berita yang kejadiannya tidak terduga sama sekali, yang terjadi secara sekonyong-konyong. Misalnya: kebakaran yang terjadi di suatu tempat yang memusnahkan puluhan rumah rakyat.

2. Macam Berita Berdasarkan Soal (Masalah) yang Dicakupnya

Macam berita yang termasuk dalam bagian ini sesungguhnya amat banyak yang mencakup seluruh aspek persoalan manusia. Dalam golongan ini dibedakan menjadi berita:

2.1 Berita Politik;

Pengertian politik di sini adalah dalam arti yang luas, yakni sebagai ilmu pemerintahan negara, tidak hanya terbatas pada pengertian partai dan kegiatannya. Jadi politik dalam arti luas yang dimaksudkan itu akan mencakup tidak saja masalah-masalah kenegaraan, sejak dari diplomasi internasional, pemilihan umum, krisis kabinet, akan tetapi juga sampai kepada masalah-masalah politik yang timbul di daerah.

2.2. Berita Ekonomi

Demikian pentingnya berita ekonomi karena ia menyangkut pada hakekat usaha manusia yang sangat penting, yaitu usaha mencari nafkah. Tidak heran jika berita ekonomi mendorong timbulya harian-harian khusus yang menyorot masalah ekonomi.

2.3.Berita Kejahatan

Dalam penggolongan berita-berita kejahatan termasuk segala kejadian yang melanggar peraturan dan perundang-udnangan negara. Jadi dapatlah disebutkan bahwa yang termasuk dalam berita-berita kejahatan adalah pembunuhan, penodongan, pencopetan, perampokan, perkosaan dan lain sebagainya, yang melanggar undang-undang negara.

2.4.Berita-berita Kecelakaan/Kebakaran

Sebagai sebuah berita yang tiak terduga, perhatian pembaca untuk mengetahui lebih jauh tentang berita jenis ini terpusat pada sisi humanis. Tentang berapa jumlah korban yang ditimbulkannya atau semakin besar harta atau benda yang musnah, semakin besar pula nilai beritanya. Berita tentang kejadian bencana alam seperti tsunami, angin topan, banjir biasanya dogolongkan pula dalam berita jenis ini.

2.5.Berita Olahraga

Bahwa berita olahraga merupakan bagian penting dalam sebuah pemberitaan dapat dilihat dari porsi khusus atau ruangan khusus untuk berita olahraga.

2.6.Berita Militer

Berita militer terkadang mengalami pasang naik dan pasang surut. Jika timbul perang di satu area tertentu berita diramu sedemikian rupa tidak saja tentang jumlah personel tentara yang terlibat, jenis persenjataan yang canggih dari kedua belah pihak yang bersengketa bahkan kerusakan yang ditimbulkannya.

2.7.Berita Ilmiah

Yang termasuk dlam pengertian berita ilmiah adalah segala berita tentang kemjuan ilmu pengetahuian, baik berupa penemuan-penemuan baru, teori-teori baru, perbaikan cara kerja yang baru, hasil survey dan lain sebagainya. Salah satu berita ilmiah terkini misalnya sebuah berita tentang tidak diakuinya lagi “Planet Pluto” sebagai sebuah planet yang berada dalam jajaran galaksi Bima Sakti.

MENULIS TERAS BERITA

Bagian tersulit dari penulisan sebuah berita adalah menulis teras berita atau lead atau intro-nya. Pada teras berita-lah, pembaca mendapatkan gambaran tentang isis keseluruhan sebuah berita, karenanya, teras berita harus menyajikan fakta terpenting yang diberitakan. Di saat yang sama,dengan posisinya sebagai pembuka, terletak di awal tulisan, intro harus mampu menarik minat pembacanya untuk menelusuri isi berita sampai akhir.

Begitu pentingnya penulisan teras berita, sehingga banyak wartawan yang terpaku di muka meja tulisnya untuk mencari dan memilih bahagian mana yang paling pokok dalam sebuah berita, untuk dijadikan teras berita. Ada ungkapan para wartawan tentang lead, bahwa menulis lead sama dengan mencium seorang gadis, jika seseorang sudah mendapatkannya, yang lainnya akan mudah. Dengan ungkapan ini, wartawan hanya ingin menunjukkan bahwa jika teras berita sudah dibuat, maka bagian lainnya mudah dituliskan.

Karena sifatnya yang ingin menonjolkan bagian penting dari suatu berita, apalagi perannya sebagai ringkasan dari keseluruhan isis berita, lead umumnya memuat lengkap pembangun berita yang lazim disebut 5W1H. Gaya penulisan lead ini berpuluh tahun dijadikan pegangan kantor berita internasional Associate Press (AP), karenanya kemudian dikenal dengan AP lead. Namun seiring perkembangan berita di media elektronika-yang memiliki waktu penyiaran lebih sempit, teras berita 5 W dan 1 H dinilai terlalu panjang.

Pada gilirannya, para wartawan dan pekerja pers mengembangkan suatu bentuk teras berita yang lebih singkat dengan bentuk sederhana. Demikian pula dengan bahasanya. Dengan lead yang baru ini, terkadang rumus 5w1h diabaikan. Mari kita lihat perbandingannya.

AP lead; Dua mahasiswa STAIN Jember (who), Bejo dan Teni, sakit mendadak tadi pagi pukul 09.00 WIB setelah makan pagi di warung sebelah. Makanan yang mereka konsumsi diyakini mengandung racun sehingga keduanya terpapar dan tak kuat lagi melawannya hingga keduanya ambruk. –Pada teras berita ini, semua unsur 5w1h terdapat di dalamnya.

Summary Lead; Dua mahasiswa STAIN Jember pingsan karena keracunan makanan.

Dari dua contoh tersebut, jelas terlihat bahwa jumlah AP lead sangat gemuk, untuk kemudian diredusir oleh summary lead.

Macam Ragam Lead

Guna memudahkan pembuatan dan pemaknaan terhadap lead, para wartawan dan ahli jurnalistik kini mengembangkan berbagai teras berita. Di antaranya;

-Exclamation leads (teras berita yang menjerit).

Jenis ini dimaksudkan untuk menarik perhatian pembaca, dengan segera, biasanya berkaitan dengan isi berita yang mengandung human interest tinggi. Tragedi, elegi, prahara atau kisah duka lainnya.

Misalnya, Aduh!, ujar Lulu Tobing saat kakinya terinjak salah seorang reporter infotainment yang mengerumuninya saat wawancara menjelang pernikahannya dengan Danny Rukmana, minggu lalu.

-Quotation Leads (teras berita kutipan)

Jenis ini memungkinkan membawa pembaca kepada inti persoalan yang terkait keuntungan, kerugian atau imbas dari sebuah berita. Sama dengan Lead kutipan bersyarat, yakni ada kekhasan dalam kata-katanya, baik bunyi maupun rentetannya.

Contohnya, “Saya tidak mau melanjutkan pernikahan dengan Siti karena ternyata dia sudah tidak perawan lagi,” ujar Datuk Khalid, seminggu setelah mereka menikah di Malaysia.

-Contrast Leads (teras berita kontras)

Jenis ini dimaksudkan untuk memberikan penyadaran awal atau mengingatkan kembali kepada pembaca, akan ironi yang terjadi pada kehidupan, sebagaimana akan dipaparkan pada tubuh berita.

Misalnya, Jember dikenal sebagai kota santri yang dihuni banyak kiai,

namun kafe remang-remang dan ribuan PSK bebas merambah ranah

rumah tangga baik-baik.

-Summary Lead (teras berita ringkasan)

Pembuka jenis ini akan membantu pengisahan untuk materi yang dipenuhi kerahasiaan, juga berfungsi memaparkan dan mengemas hasil reportase yang lama dan sulit dicari. Lead ini juga paling gampang karena itu paling sering dipakai.

Contohnya; Tak syak lagi, Pasangan Bupati dan Wakilnya di sebuah kabupaten di Jawa, terbukti berhubungan intim. Keduanya mengabadikan tiap adegan mesum mereka di dua hotel berbeda, dalam rentang waktu tak begitu lama. Sungguh tak dapat dipercaya, mereka masih bisa memimpin dengan tenang hingga kini.

-Descriptive Leads (teras berita perlambangan)

Pembuka ini dimaksudkan untuk menintrodusir dahulu kepada pembaca, dengan maksud memberikan pandangan lain dibandingkan kecenderungan masyarakat pada umumnya. Biasanya dilakukan untuk menyajikan berita hasil penelitian atau temuan/kejadian yang baru. Lead ini juga bisa ikut menciptakan suatu suasana dan membenamkan pembaca seperti ikut jadi tokohnya.

Misalnya; Buah merah dari Papua bukan sekedar buah pelepas dahaga. Di balik warna cerahnya yang menggiurkan, terdapat manfaat yang sangat luar biasa, bahkan melampaui temuan para ilmuan di Eropa dan Amerika. Bila peneliti ‘barat’ memerlukan penelitian bertahun-tahun untuk menemukan enzim penambah gairah kelelakian, maka rakyat Indonesia hanya membutuhkan setahun-terhitung sejak buah yang berfungsi mengatasi ejakulasi dini itu ditemukan.

-Anecdotal Leads (teras berita anekdot)

Pembuka anekdot biasanya diterapkan pada pemberitaan tentang tokoh. Esensi beritanya dikemas dalam sebuah lelucon yang menyerupai perilaku sang tokoh berita individual.

Contohnya; Tak hanya ketika memimpin sidang saja Gus Dur mengantuk, bahkan saat sedang bercukur pun, beliau sering tertidur sehingga karyawan dari tukang cukur langganannya berebut ingin memangku kepala penuh ide itu.

Penutup

Fungsi lead begitu vital, karenanya, dengan mengenal, menuliskan dan mencocokkn jenis intro terhadap ragam tulisan tertentu, dapat membuahkan hasil berupa tulisan yang padat, singkat, lugas dan menarik, sebagaimana disyaratkan pada pembuatan sebuah berita yang baik.

Pencapaian ini bisa didapat manakala penulis intens dalam mencoba padu padan kedua unsur ini, terutama pada jenis tulisan berita. Bahkan pada tulisan feature atau softnews, padanan tersebut akan menghasilkan karya yang menarik pula.

Daftar Buku Acuan:

  1. ML Stein, Bagaimana Menjadi Wartawan, 1993, Jakarta-Rineka Cipta, halaman 84-87.
  2. Bruce D Itule dan Douglas A Anderson, 1994, News Writing and Reporting for Today’s Media, New York: McGraw-Hill, halaman 512-516.
  3. Dja’far H Assegaff, Jurnalistik Masa Kini, 1991, Jakarta-Ghalia Indonesia, halaman 21-54.
  4. Nuruddin, Membangkitkan Roh Menulis Artikel, 2004, Malang-Cespur, halaman 111.

Pengaruh dan Peran Pers Dalam Dunia Global

Pengaruh dan Peran Pers Dalam Dunia Global

Oleh Siti Raudhatul Jannah S.Ag1

Apa dan Bagaimana Pers

Pers atau Jurnalistik merupakan kegiatan untuk menyempaikan pesan/berita kepada khalayak ramai (massa) melalui saluran media, baik cetak atau elektronik2. Aktifitas jurnalistik ini ditujukan guna mencapai serta mewujudkan iklim yang menumbuhkan pengertian yang tepat di kalangan masyarakat pembacanya.

Dengan batasan di atas, maka fungsi pers adalah agen pembaharu, berperan mempercepat proses peralihan masyarakat yang tradisional menjadi masyarakat modern. Pers juga berperan sebagai agen perubahan sosial, di mana pers dengan kedigdayaannya mampumenciptakan variasi kehidupan yang baru.

Pers atau kerja jurnalistik terbukti memberikan sumbangsih yang besar terhadap perubahan sikap, pandangan dan perilaku masyarakat luas. Melalui tulisan atau berbagai informasi yang disajikan, pers mampu memepengaruhi, merangsang serta Menggerakkan masyarakat untuk turut serta terlibat secara aktif dalam beragam gerak dan pembangunan. Hal ini menempatkan pers pada posisi yang sangat strategis.

Sejarah jurnalistik dimulai pada suatu zaman di mana ada suatu kerajaan sedang gemilang. Saat itu, terdapat emas melimpah dan budak belian yang tak terhitung banyaknya. Sebagai indikasi budaya yang tinggi, berbagai patung dan piramid raksasa dibangun. Kaisar merombak sistem pemerintahan, di antaranya membuka cara baru jalur komunikasi.

Kaisar tersebut adalah Amenhotep III (1405-1367 SM) yang naik tahta pada usia 15 tahun. Dia mengutus ratusan ‘wartawan’ membawa ‘surat berita’ untuk seluruh pejabat di semua provinsi. Tindakan Amenhotep ini kemudian dianggap sebagai cikal bakal jurnalistik.

Hal ini terjadi 3.400 tahun silam, ketika itu Mesir sudah lama ada kerajaan, malah memasuki periode masa ‘kekaisaran baru’ (1567-1080 SM). Pada saat yang sama kita tidak tahu apa yang terjadi di Indonesia, mungkin masih tahap Zaman Batu Baru. Bandingkan dengan piramid yang masing-masing brberat 28-32 ton, dengan tekstur keras dan berbentuk kubus. Asal batu itu adalah hulu sungai nil yang jaraknya 1.000 Km, padahal belum ada alat transportasi memadai saat itu.

Nah, di dalam piramid itu terdapat tulisan berhuruf paku yang membuat sejarah kaisar tersebut bisa diketahui saat ini. Leslie G Moeller dari Universitas Iowa AS dalam tulisannya di ensiklopedi The New Book of Knowledge menjelaskan mengapa perbuatan Kaisar Amenhotep II dianggap sebagai cikal bakal jurnalistik.

Akan halnya di Indonesia, zaman kerajaan Sriwijaya, Majapahit dan lainnya, juga mengenal adanya ‘wartawan’ atau utusan yang bernama penyeranta, bertugas berkeliling menyampaikan pengumuman dari raja kepada khalayak ramai.

Asal-usul kata Jurnalis adalah diurna-sehari-hari. Istilah ini muncul di era kekaisaran Romawi, 2.500 tahun lalu, di mana diurna berupa peristiwa penting yang dipublikasikan di papan pengumuman. Isinya mengenai kejadian sehari-hari di istana, misalnya kelahiran, penobatan, dll. Berkembanglah kata acta diurna yang berarti kegiatan atau tindakan sehari-hari.

Adapun istilah pers (bahasa Belanda) atau Press (Inggris), muncul setelah ditemukan mesin cetrak oleh Johannes Gutenberg tahun 1450. Pria Jerman ini sempat kesulitan mencari bahan yang mudah utuk mengukir huruf tetapi kuat dipakai mencetak banyak dan tahan ditekan berkali-kali. Pers artinya tekan3. Pada kenyataannya, pekerjaan awak pers juga tak luput dari tekanan, baik oleh penguasa sosial-politik-wilayah maupun oleh pemilik modal di mana pekerja pers bekerja.

Fungsi Pers dan Pengaruhnya terhadap Masyarakat

Media berita-pers, adalah jembatan yang menghubungkan pembacanya dengan dunia. Melalui jembatan ini, dapat diketahui beragam peristiwa di se antero jagat4.

Pengaruh pers ini oleh para ahli dianggap termasuk dalam sosiologi pers, yang mempelajari hubungan timmbal balik antara pers dan masyarakat. Baik pers maupun masyarakat saling mempengaruhi. Ahli periklanan berkesimpulan bahwa penggunan media sangat ampuh dalam mempengaruhi masyarakat, indikasinya berdasar hasil studi kebiasaan dalam membeli dn mempergunakan hal-hal baru di kalangan masyarakat.

Namun berdasarkan hipotesa Elihu Katz, seorang ahli komunikasi Amerika, pengaruh pers bertingkat ganda, melalui pemimpin opini. Pemimpin opinilah yang meneruskannya kepada khalayak. Contohnya pemasaran produk Unilever yang masih harus ditopang distribusi langsung atau penjual dari rumah ke rumah5.

Keberadaanjenis pemberitaan dan sajian pers dapat mengindikasikan peran masyarakat kepada media. Pers sangat tergantung kepada masyarakat yang dilayaninya, karena mati hidupnya banyak ditentukan pembaca. Kala masyarakat tidak setuju, media bisa diboikot, rubrik-rubrik tertentu dapat dicerca.

Mengacu pada pengaruhnya, fungsi pers tak jauh beda. Selain untuk memberikan informasi, juga memberikan hiburan kepada khalayak pembacanya. Ada juga ahli jurnalistik yang menekankan fungsi kontrol sosial pers sebagai yang terpenting. Bahkan pers dianggap sebagai kekuatan keempat (the fourth estate) dalam perannya sebagai penjaga demokrasi.

Namun demikian, patut disadari bahwa tidak semua peran akan selalu sesuai dengan fungsi awalnya. Misalnya Pers Amerika. Peran pers tak lagi independen, melainkan murni hanya menjadi corong bagi pemerintahan George W Bush6.

Posisi Pers dalam Masyarakat

Ahli ilmu komunikasi, Dennis McQuail menekankan pentingnya kesetaraan peran dan pengaruh pers dengan masyarakat. Dia mencontohkan seperti olahraga bola sepak, menurutnya, pembaca harus memegang kendali bola di lapangannya sendiri. Dengan demikian pembaca memiliki hak untuk meminta media menjalankan akuntabilitasnya. Kalau media berbohong, pembaca harus mengajukan protes untuk perbaikan, kalau perlu tuntut pengelolanya dengan tetap mengingat peran mediasi yang wajar.

“Kalau dulu kita percaya saja pada tanggungjawab sosial media, di mana bola ada di lapangan mereka, kini jangan sudi lagi menerima hal tersebut begitu saja,” ujar McQuail dikutip muridnya, Effendi Gazali PhD MPS ID, dalam buku Jerry D Gray.

Meminjam ungkapan Gray, masyarakat sampai saat ini masih sangat percaya kepada pers sebagai sebuah kebenaran. bagaimana bayi sangat aman dan nyaman dalam gendongan ibunya karena Digambarkannya sang bunda selalau ada setiap dibutuhkan. Bayi (baca;pembaca) mempercayainya tanpa keraguan secuil pun, segala yang dikatakan dianggap sebagai kebenaran.

Pada gilirannya, kita melebarkan kepercayaan serupa kepada pejabat publik dalam komunitas. Ketika masuk sekolah, kita menaruh kepercayaan mutlak kepada guru sehingga yakin apa pun yang mereka ajarkan adalah demi tujuan baik. Ya, kita percaya kepada media sepenuhnya tanpa berpikir bahwa mereka tega menjebloskan pembaca dalam kebohongan. Media selalu saja menjadi teman kepercayaan dan bagian dari keluarga. Bahkan media menentukan arah mana yang harus ditempuh, hal apa yang harus diwaspadai dan makanan apa yang membuat sehat.

Sekian dulu pengantar diskusi ini dibuat, mari kita perdalam dalam forum.

Sumber Pustaka

1. Jerry Duane Gray, Dosa Media Amerika, 2006, Ufuk Press,Jakarta.

2. Dja’far H Assegaf, Jurnalistik Masa Kini, 1991, Ghalia Indonesia-Jakarta.

  1. Maskun Iskandar, Sekilas Sejarah Pers, 2004, LPDS-Jakarta.

4. Sutirman Eka Ardhana, Jurnalistik Dakwah, 1995,Pustaka Pelajar,

Yogyakarta.



1 Staf Pengajar Jurusan Dakwah STAIN Jember, makalah disampaikan dalam acara Dialog dan Pelatihan Jurnalistik oleh Pergerakan Mahasiswa Islam Indonesia (PMII) Tarbiyah STAIN Jember Periode 2006-2007, tanggal 12 Oktober 2006 di Ruang 21.

2 Sutirman Eka Ardhana, Jurnalistik Dakwah, 1995,Pustaka Pelajar, Yogyakarta, hal 1.

3 Maskun Iskandar, Sekilas Sejarah Pers, 2004, LPDS-Jakarta, hal 3).

4 Jerry Duane Gray, Dosa Media Amerika, 2006, Ufuk Press,Jakarta, cover dalam.

5 Dja’far H Assegaf, Jurnalistik Masa Kini, 1991, Ghalia Indonesia-Jakarta, hal 14.

6 loc cit , halaman 2.

Antara Peringatan, Ujian dan Azab


Bencana Melanda Darat, Laut dan Udara Indonesia,

Antara Peringatan, Ujian dan Azab

Oleh Siti Raudhatul Jannah

Membayangkan hidup damai dan adil laiknya zaman keemasan Islam sungguh nikmat tiada tara. Bandingkan dengan saat ini, seorang anak membunuh teman sepermainannya di Kediri, mayat anak dimutilasi di Malang, siswi madrasah berjilbab diperkosa dan dibunuh dengan sangat memalukan dan bengis di Bondowoso, pejabat terlibat korupsi dipecat namun masih menggunakan mobil dinas di Banyuwangi, bawahan menusuk atasan di Jember, bahkan seorang remaja membunuh ibunya di Wuluhan.

Bayangkanlah, bagaimana kita sebagai anak atau orangtua, mahasiswa atau dosen, dapat tidur nyenyak atau enjoy ber-shopping ria menyaksikan semua peristiwa mencekam tersebut. Lebih parah lagi karena semua tragedi ini terjadi simultan dalam rentang waktu tiga bulan terakhir.

Sungguh ironi, negara yang terkenal subur makmur, bahkan tongkat pun bakal tumbuh hanya dengan ditancapkan di jamrud khatulistiwa ini, tak henti didera masalah. Mari kita runut peristiwa Tsunami Aceh yang disambung dengan gempa Jogja, Pangandaran, Sulawesi hingga Papua. Tak hanya air yang marah, lumpur di Sidoarjo juga murka, bahkan udara yang kita hirup juga tega memusnahkan AdamAir KI 574 dan 104 penumpangnya tanpa bekas.

Sinyalemen apakah ini? Dalam Alqur’an dikenal istilah peringatan bagi umat yang masih mau mengingat Tuhannya, ada juga istilah azab untuk umat yang dinilai ingkar, namun ada pula istilah ujian bagi umat yang bertakwa. Nah, aneka musibah dari laut, udara hingga darat yang menyerbu Indonesia dalam dua tahun terakhir ini masuk kategori manakah?

Kalau dinilai sebagai azab, sepertinya tak layak manusia Aceh yang dikenal agamis kena Tsunami. Kalau diistilahkan peringatan, nyatanya aneka kemaksiyatan, kemungkaran justru merajalela sehingga umat kita ini ‘jauh panggang dari api’ kepada istilah beriman. Akan tetapi jika disebut ujian kok sampai saat ini tak lulus-lulus juga?

Mengaca pada istilah Azumardi Azra dalam sebuah essainya di sebuah harian nasional pada medio Januari 2007, ragam nestapa berupa tanah longsor di Aceh dengan korban 239 tewas, tenggelamnya kapal Senopati Nusantara yang membunuh 350-an penumpang serta naiknya harga sembako sampai 500 persen dari normal tersebut, merefleksikan minimnya empati yang dimiliki warga negara Indonesia. Saking ‘matinya’ rasa kasih sayang manusia Nusantara, sampai-sampai tak ada sekotak biskuit pun yang dilemparkan para korban lumpur panas Sidorjo. Jangankan sebungkus mie instan, mereka yang terpaksa hidup tanpa rumah dan masa depan itu bahkan disuguhi nasi basi lengkap dengan belatungnya. Jangan salah sangka, mereka yang menyubsidi ‘bangkai’ nasi itu adalah dinas dan lembaga terkait lho.

Pada gilirannya, manusia Indonesia mengulangi kebiasaan pemerintah orde baru, yakni mencari kambing hitam dari semua persoalan di atas. DPR yang nyata-nyata memeras uang rakyat lewat PP 137-nya dihujat, Presiden yang mengeluarkan PP yang tidak berkeadilan itu juga dituding, bahkan orang-orang borju yang tidak peduli tetangganya yang bergizi buruk juga diintai.

Menanggapi sinyalemen yang mengarah kepada kehancuran jiwa dan raga ini, Ketua Umum PB NU KH Hasyim Muzadi menggelar jumpa pers pada Selasa tanggal 17 Januari silam. Sisinya, meminta masyarakat Indonesia introspeksi dan memperbaiki diri agar badai yang melanda bangsa dan negara ini cepat reda. Salah satu upaya yang dianjurkan segera dilakukan adalah menghentikan kebohongan, kepalsuan, perusakan kehormatan dan martabat sesama serta alam, mencegah korupsi, keserakahan, penghkianatan hukum dan amanat rakyat serta penelantaran rakyat kecil.wallahu a’lam bissowab.@

Perempuan dalam Himpitan Kultur

Hukum dan Posisi Wanita

Konvensi PBB mengenai Penghapusan Segala Bentuk Diskriminasi terhadap perempuan tahun 1979, sampai diratifikasi Indonesia melalui UU no 7 Tahun 1984, belum berekses secara signifikan. Indikasinya, hutang kepada perempuan dalam bentuk beban hidup sehari-hari masih ditanggung perempuan seorang. Dalam masyarakat tradisional seperti kebanyakan ditemukan di Indonesia, perempuan masih jadi pemikul terbanyak beban hidup ini.

Padahal ceramah atau tulisan mengenai teori dan teologi lelaki dan perempuan dikategorikan sebagai dua kutub semartabat yang korelatif, cukup marak. Namun kenyataan real empiris historis-nya masih jauh panggang dari api.

Terutama mengacu pada banyak kasus kekerasan dan ketidakadilan pada perempuan yang terjadi pada kelompok masyarakat berkelas sosial rendah. Kalau pun ada idealisme yang terwujudkan, hanya perempuan taipan saja yang dapat mendudukkan dirinya selaras dengan pria.

Saparinah Sadli dalam tulisannya yang berjudul Pemberdayaan Perempuan dalam Perspektif Hak Asasi Manusia, melihat esensi pengertian kelamin dan jender sering disalahartikan dalam kehidupan sehari-hari. Konsep ini sering berdampak pada pembagian kerja seksual di ranah domestik sampai publik. Strereotip jender dan pembagian peran yang berkembang dalam masyarakat inilah yang sangat berpengaruh terhadap terjadinya diskriminasi terhadap wanita, bahkan mengancam dengan aneka kekerasan.

Pranata menuju perbaikan sudah ditata. Menurut Omas Ihromi, berbagai peraturan perundangan di republik ini telah melarang terjadinya diskriminasi terhadap perempuan. Di sisi lain, kenyataan empirik menunjukkan bahwa wanita lah kelamin yang paling banyak mengalami diskriminasi dalam berbagai bidang kehidupan. Karenanya, Omas mengkritisi pandangan yang mengatakan bahwa hukum yang diterapkan menurut apa yang terumus di dalamnya akan membawa keadilan. Menurutnya, hubungan antara hukum dan keadilan tidak demikian kausal sifatnya.

Alasan Omas, hukum tidak dapat dilepaskan dari proses politik yang berlangsung ketika hukum dibuat. Hanya saja, dia masih sangat percaya bahwa memberikan keadilan kepada perempuan dapat dilakukan melalui hukum, dengan memperhatikan perubahan sosial dan budaya hukum yang berkembang dalam masyarakat.

Senada dengan Omas, Nursyahbani melihat bahwa hukum sering dijadikan sarana untuk merampas sumberdaya ekonomi, politik, sosial dan budaya masyarakat, sehingga hukum lebih berfungsi melanggengkan proses pemiskinan.

”Dalam kenyataannya, hukum tidak netral dan asumsi bahwa hukum adalah sebuah institusi untuk memperoleh keadilan harus dipertanyakan kembali. Seharusnya wanita tidak menaruh kepercayaan yang besar kepada hukum. Penyebabnya, nilai kultural yang berkaitan dengan seksualitas wanita dan nilai yang mencerminkan ketidaksetaraan jender, mempengaruhi perumusan dan pelaksanaan hukum.”

Sementara itu, Koesparmono Irsan, mantan perwira tinggi polisi, melihat alasan mendasar pada tindakan kekerasan yang justru dilakukan pejabat yang seharusnya melindungi wanita. Pertama, politik dan hukum itu sendiri mengandung dimensi kekerasan struktural. Pemicunya adalah perbedaan kepentingan antara penegakan hak asasi manusia atau dijalankannya program atas nama pembangunan. Kedua, banyak peraturan perundangan yang tidak mencerminkan HAM. Ketiga, tidak berfungsinya kontrol sosial oleh semua pihak. Dalam hal ini kekerasan juga digunakan untuk penyelesaian konflik yang disebabkan adanya ketidakadilan di bidang politik, sosial dan ekonomi.

Diakuinya, dalam perkara kekerasan, pada umumnya masyarakat lebih memberi perlindungan terhadap pelaku daripada korban. Korban banyak yang tidak tahu hak-haknya sehingga takut melapor. Di sisi lain, penegak hukum tidak tahu hak-hak korban sehingga sudah puas manakala sudah mampu menegakkan hak-hak pelaku kejahatan.

”Perlindungan terhadap individu korban kejahatan justru ditelantarkan oleh banyak pejabat publik. Sementara penjahat dipelihara, dilindungi dan dirawat oleh pemerintah. Merehabilitasi korban kejahatan, terutama wanita, menjadi sulit karena yang harus dibangun kembali adalah rasa susila dan moralitasnya yang terpuruk akibat kejahatan.”

Dikotomi Publik Vs Domestik

Akan halnya pembagian peran secara seksual yakni dengan menempatkan wanita di rumah dan laki-laki di luar rumah, menyebabkan terbatasnya akses perempuan terhadap sumber daya ekonomi, sosial dan politik. Secara ekonomi, perempuan menjadi sangat tergantung kepada suaminya. Kalaupun bekerja, tidak dipandang sebagai manusia yang utuh karena dianggap hanya sebagai pencari tambahan penghasilan keluarga. Akibatnya, perempuan, bahkan pada perempuan PNS, seringkali dianggap tetap lajang sekalipun telah menikah sehigga tidak berhak menerima tunjangan keluarga dan kesehatan karena dianggap telah mendapatkannya dari suaminya.

Ironisnya, pada sistem kapitalisme global yang merajai Indonesia saat ini, kaum perempuan diletakkan sebagai sumber tenaga kerja murah. Celakanya lagi, wanita juga harus mengalami diskriminasi upah dengan laki-laki yang juga berupah rendah. Ini berarti bahwa kaum wanita memperoleh perlakuan lebih buruk di dunia kerja, bahkan kekerasan dan pelecehan seksual, sebagaimana pada kasus buruh Marsinah yang dibunuh karena menuntut kenaikan upah.

Secara politik, perempuan juga dianggap sekunder dan tidak punya otonomi. Suamilah yang menjadi kepala keluarga, yang menentukan urusan yang bersifat publik. Karenanya, wanita dianggap milik pria, sehingga pemukulan, penyiksaan psikis dan fisik, penelantaran dan perkosaan dalam keluarga (marital rape), tidak dianggap sebagai pelanggaran hukum.

Posisi wanita di ranah politik tak kalah mengenaskan. Konstruksi sosial menempatkan wanita tak bisa akfif dalam politik. Pria tak menginginkan Aisyah Amini menjadi Ketua PPP pada Kongres ke III-nya karena dia perempuan. Padahal tak ada yang mampu mengalahkannya dalam hal ketokohan, pengalaman dan kemampuan manajerialnya.

Kenyataannya, wanita jarang mendapatkan tempat yang pantas dalam setiap kegiatan. Posisi ketua atau wakil ketua pasti ditempati pria, wanita cukup di sie konsumsi saja. Sayang, wanitanya juga tak protes sehingga perlakuan ini menuju keabadian. Padahal wanita selalu bisa diandalkan sebagai instrumen kekuasaan, seperti kasus dharma wanita, wanita karya, wanita Kosgoro dan lain-lain di bawah Golkar.

Dalam ranah ekonomi juga mengerikan. Menurut Unesco, konstribusi wanita terhadap ekonomi mencapai 60 persen. Bentuknya berupa waktu yang mereka gunakan untuk rumah tangga yang jelas tidak dibayar. Namun apa yang didapat wanita, mereka hanya mendapat 30 persen dari 60 persen yang telah disumbangkan.

Memang benar, ada yang hilang dalam dunia wanita, yaitu dalam dunia pergerakan. Meski dalam dunia pendidikan wanita relatif setara, tidak serta merta menjamin wanita bisa mumpuni dalam pergerakan. Pasalnya pendidikan tidak menciptakan kepemimpinan. Pemimpin hanya dapat diciptakan oleh pengalaman, yang ini sulit didapatkan karena hambatan budaya dan struktural. Penganut sistem ini percaya bahwa An-nisa’ ayat 1 tentang nafsin wahidatin bermakna Hawa dari tulang rusuk Adam, bukan sebagai species yang sama (homo sapien).

Upaya Menempatkan Wanita Sesuai Fitrah

Konferensi HAM se-dunia di Wina tahun 1993 tak mudah diterapkan di Indonesia. Hal ini karena kendalanya sudah menggurita, bahkan di tingkat struktural, menyangkut sikap masyarakat yang enggan mengakui hak perempuan. Sikap ini seringkali dikuatkan oleh berbagai pemaknaan ajaran agama yang tidak tepat, adat dan budaya. Jelas ini tragis, sikap serupa diadopsi menjadi sikap resmi negara sebagaimana tercantum pada penjelasan UU nomor 7 tahun 1984 yang berbunyi; Dalam pelaksanaannya, konvensi tentang pengesahan mengenai penghapusan diskriminasi terhadap wanita, wajib disesuaikan dengan tata kehidupan masyarakat yang meliputi nilai budaya, adat dan norma yang masih berlaku dan diikuti secara luas oleh masyarakat Indonesia.

Namun demikian, dalam 20 tahun terakhir, gerakan perempuan yang menempuh jalur hukum untuk mengubah stigma dan stereotip yang merugikan, terus berlangsung. Telah dicapai kemajuan yang cukup berarti, namun aplikasinya masih terhambat oleh mekanisme kontrol oleh negara. Akibatnya, hukum yang sudah ada hanya sekedar formalitas saja sehingga tidak berhasil mewujudkan perubahan sosial.

Di lain pihak, wanita umumnya belum mengetahui bahwa ada perangkat hukum yang dapat membantu dalam memperjuangkan hak-hak mereka. Saparinah Sadli melihat, untuk mewujudkan kesadaran jender, diperlukan pendidikan hukum bagi tiap perempuan agar dapat mengetahui dan menggunakan peraturan-peraturan dalam memperjuangkan hak-haknya.@ SR.Jannah

Sumber Rujukan:

1. Tak Ada Tempat bagi Perempuan di Surga; Nawal El Saadawi, Pustaka

Pelajar, Yogyakarta, 2003.

2. Kontroversi Presiden Wanita, Nur Hidayat, PT Pabelan, Surakarta, 1998

3. Perempuan yang Dihancurkan, Simone de Beauvoir, Bentang Yogyakarta, 2003

4. Perempuan dalam Budaya Patriarki, Nawal El Saadawi, Pustaka Pelajar, Yogyakarta, 2001.

5. Peranan dan Kedudukan Wanita Indonesia, Maria Ulfah Subadio-TO Ihromi, Gadjah Mada University Press, 1994, Yogyakarta.

6. Perempuan dalam Agama-agama Dunia, Arvind Sharma-editor, Ditpertais- CIDA,2002

7. Potret Perempuan, Nursyahbani Katjasungkana Dkk, PSW UMY-Pustaka Pelajar, 2001.

8. Perisai Perempuan, Alex Irwan, LBH-APIK, Yogyakarta,1999

Penghapusan Diskriminasi Terhadap Perempuan, Tapi Omas Ihromi dkk, Alumni, bandung, 2000.

9. Perempuan Indonesia, Dulu dan Kini, Mayling Oey Gardiner dkk, Gramedia,Jakarta, 1996.